Memahami Jumlah Ismiyah: Definisi Dan Contoh Kalimat
Halo semuanya! Pernah nggak sih kalian lagi belajar Bahasa Arab terus nemu istilah "Jumlah Ismiyah"? Bingung nggak tuh? Tenang, guys! Di artikel kali ini, kita bakal kupas tuntas soal Jumlah Ismiyah. Apa sih sebenarnya Jumlah Ismiyah itu? Gimana susunan kalimatnya? Dan pastinya, kita bakal kasih banyak banget contoh biar kalian makin paham. Siap? Yuk, kita mulai petualangan kita memahami salah satu konsep dasar dalam tata bahasa Arab ini. Dijamin deh, setelah baca ini, kalian bakal lebih pede lagi ngomongin atau nulis Bahasa Arab.
Apa Itu Jumlah Ismiyah?
Jadi gini, guys, Jumlah Ismiyah itu dalam Bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai "kalimat nominal". Intinya, ini adalah sebuah susunan kalimat dalam Bahasa Arab yang diawali dengan sebuah isim atau kata benda. Beda banget kan sama kalimat yang diawali kata kerja (yang nanti bakal kita bahas sebagai Jumlah Fi'liyah). Nah, isim yang mengawali kalimat ini punya sebutan khusus, namanya mubtada'. Dan karena Jumlah Ismiyah ini adalah kalimat yang menjelaskan sesuatu, pasti ada dong yang dijelasin? Nah, yang menjelaskan si mubtada' ini namanya khabar. Jadi, simpelnya, Jumlah Ismiyah itu adalah kalimat yang terdiri dari mubtada' (subjek) dan khabar (predikat), di mana keduanya sama-sama berstatus isim (kata benda).
Bayangin aja kayak gini: kalau kita bilang "Buku itu bagus", nah "Buku" di sini adalah mubtada', dan "bagus" adalah khabar-nya. Keduanya kan kata benda atau kata sifat yang berfungsi sebagai kata benda. Dalam Bahasa Arab, struktur ini sangat fundamental. Paham betul soal Jumlah Ismiyah itu penting banget, lho. Soalnya, banyak banget percakapan sehari-hari, ayat-ayat Al-Qur'an, sampai hadits nabi yang pakai pola kalimat ini. Kalau kita udah ngerti polanya, ngebaca teks Arab jadi lebih gampang, bahkan bisa memprediksi makna kalimatnya. Ini bukan cuma soal teori, tapi beneran bikin kita makin fasih berbahasa Arab. Makanya, yuk kita seriusin dikit tapi tetap santai ya!
Ciri-ciri Jumlah Ismiyah
Nah, biar nggak salah paham, ada beberapa ciri khas yang bisa kalian jadikan patokan buat ngenalin Jumlah Ismiyah. Yang paling utama, seperti yang udah disinggung tadi, Jumlah Ismiyah selalu diawali oleh isim (kata benda). Isim ini adalah mubtada'-nya. Penting diingat, mubtada' ini biasanya dalam keadaan marfu' (terangkat/berharakat dhommah atau yang sejenisnya). Ini kayak penanda kalau dia adalah subjek yang memulai kalimat. Terus, ada juga khabar-nya. Khabar ini adalah kata yang menjelaskan mubtada'. Dia juga biasanya dalam keadaan marfu'. Jadi, pasangan mubtada' dan khabar ini kayak udah sepaket gitu, guys. Mereka berdua saling melengkapi untuk membentuk sebuah kalimat yang utuh dan punya makna.
Satu lagi ciri penting, guys, mubtada' dan khabar dalam Jumlah Ismiyah itu harus sesuai dalam hal jenis (mudzakkar/muannats) dan jumlah (mufrad/mutsanna/jamak). Maksudnya gimana? Kalau mubtada'-nya itu muzakkar (laki-laki), khabar-nya juga harus muzakkar. Kalau mubtada'-nya muannats (perempuan), khabar-nya juga harus muannats. Begitu juga kalau mubtada'-nya tunggal (mufrad), khabar-nya juga tunggal. Kalau mubtada'-nya ganda (mutsanna), khabar-nya juga ganda. Dan kalau mubtada'-nya jamak (lebih dari dua), khabar-nya juga jamak. Kesesuaian ini penting banget untuk menjaga keharmonisan tata bahasa. Jadi, jangan sampai mubtada' nya cowok, eh khabar-nya cewek, nanti aneh kedengerannya, hehe.
Selain itu, khabar itu bisa datang dalam berbagai bentuk, lho. Nggak melulu cuma satu kata benda aja. Khabar bisa berupa isim mufrod (kata benda tunggal), isim ganda (mutsanna), isim jamak (jamak), bahkan bisa juga berupa Jumlah (kalimat) lain, baik itu Jumlah Ismiyah lagi atau Jumlah Fi'liyah, atau bahkan berupa Syibhul Jumlah (seperti jar majrur atau zharaf). Fleksibel banget kan? Pokoknya, selama dia bisa menjelaskan si mubtada', dia berhak jadi khabar. Tapi ingat, yang paling sering kita temui dan jadi dasar itu ya khabar yang berupa isim tunggal yang menjelaskan mubtada'. Jadi, kalau nemu kalimat yang diawali kata benda dan ada kata lain yang menjelaskan benda itu, kemungkinan besar itu adalah Jumlah Ismiyah. Coba deh perhatiin lagi ciri-cirinya.
Struktur Kalimat Jumlah Ismiyah
Nah, sekarang kita bedah soal struktur kalimat Jumlah Ismiyah. Ini dia bagian pentingnya biar kalian makin kebayang. Secara garis besar, struktur paling dasarnya itu cuma dua komponen utama: mubtada' dan khabar. Tapi biar lebih jelas, kita urutkan ya.
-
Mubtada': Ini adalah kata benda yang mengawali kalimat. Dia adalah subjeknya, topik pembicaraan kita. Ingat, mubtada' ini harus marfu'. Maksudnya, biasanya dia berharakat dhommah (ـُ) di akhir katanya. Kalau dia punya alif lam (ال), misalnya, maka harakat akhirnya adalah dhommah. Contohnya: "Al-bait" (Rumah itu). Di sini, "Al-bait" adalah mubtada'. Atau kalau nggak pakai alif lam, tapi dia isim yang udah jelas maknanya dalam konteks, tetap marfu'. Misalnya, nama orang kayak "Zaidun" (Zaid). Nah, di sini "Zaidun" adalah mubtada'. Pokoknya dia yang pertama muncul dan jadi pokok bahasan.
-
Khabar: Ini adalah kata atau frasa yang memberikan informasi tentang mubtada'. Dia adalah predikatnya. Sama kayak mubtada', khabar juga harus marfu'. Jadi, harakat akhirnya juga biasanya dhommah. Khabar ini tugasnya menjelaskan mubtada'. Jadi, kalau mubtada'-nya itu "Al-bait" (Rumah itu), maka khabar-nya bisa jadi "waasi'un" (luas). Jadi kalimat lengkapnya "Al-baitu waasi'un" (Rumah itu luas). Di sini, "waasi'un" menjelaskan tentang "Al-baitu".
Jadi, pola dasarnya adalah: Mubtada' (marfu') + Khabar (marfu'). Gampang kan? Ini adalah fondasi dari Jumlah Ismiyah. Semua kalimat nominal dalam Bahasa Arab pada dasarnya mengikuti pola ini, meskipun nanti bisa ada tambahan-tambahan atau modifikasi.
Perlu diingat lagi, guys, kesesuaian antara mubtada' dan khabar itu krusial. Kalau mubtada'-nya mudzakkar, khabar-nya juga mudzakkar. Contoh: "Al-waladu qaa'imun" (Anak laki-laki itu berdiri). "Al-waladu" (mudzakkar) dan "qaa'imun" (mudzakkar). Kalau mubtada'-nya muannats, khabar-nya juga harus muannats. Contoh: "Al-bintu qaa'imatun" (Anak perempuan itu berdiri). "Al-bintu" (muannats) dan "qaa'imatun" (muannats). Perhatikan perubahan harakat dan bentuk kata khabar-nya.
Sama halnya dengan jumlah. Kalau mubtada'-nya mutsanna (ganda), khabar-nya juga harus mutsanna. Contoh: "Al-waladaani qaa'imaani" (Dua anak laki-laki itu berdiri). "Al-waladaani" (mutsanna) dan "qaa'imaani" (mutsanna). Kalau jamak, contoh: "Al-mu'allimuuna haadhiruuna" (Para guru itu hadir). "Al-mu'allimuuna" (jamak muzakkar salim) dan "haadhiruuna" (jamak muzakkar salim).
Penting juga untuk tahu bahwa khabar nggak selalu berupa satu kata. Dia bisa berupa kalimat lain. Misalnya, "Al-bintu qad jaa'at" (Anak perempuan itu telah datang). Di sini, mubtada'-nya "Al-bintu" (anak perempuan), dan khabar-nya adalah seluruh kalimat "qad jaa'at" (telah datang), yang mana ini adalah Jumlah Fi'liyah. Atau bisa juga "Al-bintu uh-tuu-haa kitaabun" (Anak perempuan itu, ibunya memberinya sebuah kitab). Di sini khabar-nya adalah "uh-tuu-haa kitaabun", yang merupakan Jumlah Ismiyah lagi.
Bahkan, khabar juga bisa berupa Syibhul Jumlah, yaitu sesuatu yang menyerupai jumlah tapi bukan jumlah utuh. Contohnya adalah jar majrur (kata depan + isim) atau zharaf (keterangan tempat/waktu). Misalnya: "Al-kitabu fauqa maktabi" (Buku itu di atas mejaku). Di sini, mubtada'-nya "Al-kitabu", dan khabar-nya adalah Syibhul Jumlah "fauqa maktabi" (di atas mejaku). Atau "Al-maktabu fii al-ghurfati" (Meja itu di dalam ruangan). Mubtada'-nya "Al-maktabu", khabar-nya Syibhul Jumlah "fii al-ghurfati" (di dalam ruangan).
Jadi, ingat-ingat ya, struktur dasarnya itu mubtada' dan khabar, tapi khabar bisa punya banyak bentuk. Yang penting, dia bisa menjelaskan mubtada'-nya dan sesuai dalam hal jenis dan jumlah (kalau memungkinkan).
Contoh Kalimat Jumlah Ismiyah
Sekarang, bagian yang paling seru! Biar kalian makin nempel di otak, ini dia contoh-contoh kalimat Jumlah Ismiyah yang sering banget kita temui. Perhatiin baik-baik ya, guys!
1. Contoh dengan Khabar Isim Mufrod (Kata Benda Tunggal):
- Allahu Ghafuurun
- Artinya: Allah Maha Pengampun.
- Penjelasan: Allahu (Allah) adalah mubtada' (marfu'), dan Ghafuurun (Maha Pengampun) adalah khabar (marfu'). Keduanya mudzakkar.
- As-samaa'u zaahiyatun
- Artinya: Langit itu cerah.
- Penjelasan: As-samaa'u (Langit) adalah mubtada' (marfu'), dan zaahiyatun (cerah) adalah khabar (marfu'). Keduanya muannats.
- Al-kitabu jadidun
- Artinya: Buku itu baru.
- Penjelasan: Al-kitabu (Buku) adalah mubtada' (marfu'), dan jadidun (baru) adalah khabar (marfu'). Keduanya mudzakkar.
- Al-ardhu wasi'atun
- Artinya: Bumi itu luas.
- Penjelasan: Al-ardhu (Bumi) adalah mubtada' (marfu'), dan wasi'atun (luas) adalah khabar (marfu'). Keduanya muannats.
- Adu'aa'u muhiimun
- Artinya: Doa itu penting.
- Penjelasan: Adu'aa'u (Doa) adalah mubtada' (marfu'), dan muhiimun (penting) adalah khabar (marfu'). Keduanya mudzakkar.
2. Contoh dengan Khabar Isim Mutsanna (Kata Benda Ganda):
- Al-waladaani qaa'imaani
- Artinya: Dua anak laki-laki itu sedang berdiri.
- Penjelasan: Al-waladaani (Dua anak laki-laki) adalah mubtada' (marfu' bil alif), dan qaa'imaani (sedang berdiri) adalah khabar (marfu' bil alif). Keduanya mudzakkar mutsanna.
- Al-bintaani kaarimataani
- Artinya: Dua anak perempuan itu mulia.
- Penjelasan: Al-bintaani (Dua anak perempuan) adalah mubtada' (marfu' bil alif), dan kaarimataani (mulia) adalah khabar (marfu' bil alif). Keduanya muannats mutsanna.
3. Contoh dengan Khabar Isim Jamak (Kata Benda Jamak):
- Al-muslimuuna ikhwatun
- Artinya: Orang-orang Islam itu bersaudara.
- Penjelasan: Al-muslimuuna (Orang-orang Islam) adalah mubtada' (marfu' bil waw), dan ikhwatun (bersaudara) adalah khabar (marfu' bis sukun di akhir nun). Keduanya jamak muzakkar.
- Al-mu'allimaatu majhiidaatun
- Artinya: Para guru perempuan itu berjasa.
- Penjelasan: Al-mu'allimaatu (Para guru perempuan) adalah mubtada' (marfu' bid dhommah), dan majhiidaatun (berjasa) adalah khabar (marfu' bid dhommah). Keduanya jamak muannats.
4. Contoh dengan Khabar Jumlah Fi'liyah (Kalimat yang Diawali Kata Kerja):
- Al-waladu qad darasa
- Artinya: Anak laki-laki itu sungguh telah belajar.
- Penjelasan: Al-waladu (Anak laki-laki) adalah mubtada', dan seluruh kalimat "qad darasa" (sungguh telah belajar) adalah khabar-nya. Ini adalah Jumlah Fi'liyah.
- Asy-syamsyu tu'thii an-nuura
- Artinya: Matahari memberikan cahaya.
- Penjelasan: Asy-syamsyu (Matahari) adalah mubtada', dan "tu'thii an-nuura" (memberikan cahaya) adalah khabar-nya. Ini juga Jumlah Fi'liyah.
5. Contoh dengan Khabar Jumlah Ismiyah (Kalimat Nominal Lain):
- Al-bait maftuuHuna baabuhu
- Artinya: Rumah itu, pintunya terbuka.
- Penjelasan: Al-bait (Rumah) adalah mubtada'. MaftuuHuna baabuhu (pintunya terbuka) adalah khabar-nya, yang mana ini adalah Jumlah Ismiyah lagi, dengan baabuhu sebagai mubtada' dan maftuuHun sebagai khabarnya.
6. Contoh dengan Khabar Syibhul Jumlah (Mirip Kalimat):
- Al-kitabu 'inda al-ustaadhi
- Artinya: Buku itu ada pada ustadz.
- Penjelasan: Al-kitabu (Buku) adalah mubtada'. 'Inda al-ustaadhi (pada ustadz) adalah khabar berupa zharaf makan (Syibhul Jumlah).
- Al-ma'u fii al-ka'si
- Artinya: Air itu ada di dalam gelas.
- Penjelasan: Al-ma'u (Air) adalah mubtada'. Fii al-ka'si (di dalam gelas) adalah khabar berupa jar majrur (Syibhul Jumlah).
Bagaimana, guys? Makin kebayang kan gimana bentuknya Jumlah Ismiyah? Intinya, selalu ingat bahwa diawali oleh kata benda (mubtada') dan diikuti oleh penjelasnya (khabar). Terus, jangan lupa perhatiin kesesuaian antara keduanya ya.
Semoga penjelasan panjang lebar ini bikin kalian makin jago Bahasa Arab ya! Kalau ada pertanyaan atau mau sharing contoh lain, jangan ragu komen di bawah. Sampai jumpa di artikel selanjutnya! Tetap semangat belajarnya!