IFRS 9: Panduan Lengkap Dalam Bahasa Indonesia
Hey guys! Pernah denger tentang IFRS 9? Atau malah lagi nyari panduan lengkapnya dalam Bahasa Indonesia? Pas banget nih, karena di artikel ini kita bakal bahas tuntas tentang IFRS 9. Standar akuntansi yang satu ini penting banget buat dipahami, terutama buat kalian yang berkecimpung di dunia keuangan dan akuntansi. Yuk, langsung aja kita mulai!
Apa Itu IFRS 9?
IFRS 9, atau International Financial Reporting Standard 9, adalah standar akuntansi internasional yang mengatur tentang instrumen keuangan. Standar ini mencakup pengakuan, pengukuran, penurunan nilai, dan penghentian pengakuan aset keuangan dan liabilitas keuangan. Nah, sederhananya, IFRS 9 ini kayak aturan main buat mencatat dan melaporkan semua hal yang berhubungan dengan keuangan di perusahaan kalian.
Latar Belakang Munculnya IFRS 9
Dulu, sebelum ada IFRS 9, kita pakai IAS 39. Tapi, setelah krisis keuangan global tahun 2008, banyak yang merasa IAS 39 itu kurang responsif dan punya banyak kekurangan. Misalnya, model penurunan nilainya dianggap terlalu lambat dalam mendeteksi potensi kerugian. Makanya, dibentuklah IFRS 9 untuk mengatasi masalah-masalah ini dan bikin laporan keuangan jadi lebih akurat dan relevan.
Tujuan Utama IFRS 9
Tujuan utama IFRS 9 adalah:
- Meningkatkan Relevansi Informasi Keuangan: IFRS 9 dirancang untuk memberikan informasi yang lebih relevan dan berguna bagi para pengguna laporan keuangan.
- Mengurangi Kompleksitas: Standar ini berusaha menyederhanakan aturan akuntansi instrumen keuangan yang sebelumnya rumit.
- Meningkatkan Konsistensi: IFRS 9 bertujuan untuk menciptakan konsistensi dalam praktik akuntansi di berbagai negara yang mengadopsi standar ini.
- Memberikan Informasi yang Lebih Akurat: Dengan model penurunan nilai yang lebih baik, IFRS 9 membantu perusahaan untuk melaporkan potensi kerugian secara lebih akurat dan tepat waktu. Jadi, intinya, biar laporan keuangan itu nggak ngibul dan bisa dipercaya!
Ruang Lingkup IFRS 9
Ruang lingkup IFRS 9 ini luas banget, guys. Hampir semua instrumen keuangan masuk dalam cakupannya. Tapi, biar lebih jelas, kita bedah satu per satu, yuk!
Aset Keuangan
Aset keuangan itu segala sesuatu yang punya nilai dan bisa diubah jadi uang tunai. Contohnya:
- Kas dan setara kas
- Investasi pada saham atau obligasi
- Piutang usaha
- Pinjaman yang diberikan
IFRS 9 mengatur bagaimana aset-aset ini diakui, diukur, dan dilaporkan dalam laporan keuangan. Misalnya, gimana cara menghitung nilai wajar investasi saham, atau gimana cara mencatat piutang yang kemungkinan nggak bisa ditagih.
Liabilitas Keuangan
Liabilitas keuangan itu kebalikan dari aset. Ini adalah kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah uang di masa depan. Contohnya:
- Utang usaha
- Pinjaman yang diterima
- Obligasi yang diterbitkan
IFRS 9 juga mengatur bagaimana liabilitas ini diakui, diukur, dan dilaporkan. Misalnya, gimana cara menghitung nilai utang obligasi, atau gimana cara mencatat pinjaman yang diterima dari bank.
Kontrak Derivatif
Kontrak derivatif adalah perjanjian keuangan yang nilainya tergantung pada nilai aset lain. Contohnya:
- Opsi
- Futures
- Swaps
IFRS 9 punya aturan khusus buat kontrak derivatif ini, karena nilainya bisa berubah-ubah dengan cepat dan punya risiko yang tinggi. Jadi, pencatatannya harus hati-hati dan sesuai dengan standar yang berlaku.
Pengecualian
Walaupun IFRS 9 cakupannya luas, ada beberapa instrumen yang dikecualikan, misalnya:
- Investasi pada entitas anak, asosiasi, atau ventura bersama (diatur dalam standar lain)
- Hak dan kewajiban sewa (diatur dalam IFRS 16)
- Instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh perusahaan itu sendiri
Jadi, nggak semua instrumen keuangan otomatis masuk ke dalam IFRS 9, ya. Ada beberapa yang punya aturan sendiri.
Pengukuran Aset Keuangan Menurut IFRS 9
Pengukuran aset keuangan itu penting banget, guys, karena ini menentukan berapa nilai yang akan dicatat dalam laporan keuangan. IFRS 9 punya tiga kategori utama pengukuran aset keuangan:
1. Biaya Perolehan Diamortisasi (Amortized Cost)
Aset keuangan diukur pada biaya perolehan diamortisasi jika memenuhi dua syarat:
- Aset tersebut dimiliki dengan tujuan untuk mengumpulkan arus kas kontraktual.
- Arus kas kontraktual tersebut hanya berupa pembayaran pokok dan bunga.
Contohnya adalah pinjaman yang diberikan oleh bank. Bank berharap untuk menerima pembayaran pokok dan bunga dari pinjaman tersebut. Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan mengurangi pembayaran pokok dari nilai awal pinjaman dan menambahkan amortisasi diskonto atau premium.
2. Nilai Wajar Melalui Penghasilan Komprehensif Lain (Fair Value Through Other Comprehensive Income - FVOCI)
Aset keuangan diukur pada FVOCI jika memenuhi dua syarat:
- Aset tersebut dimiliki dalam model bisnis yang bertujuan untuk mengumpulkan arus kas kontraktual dan menjual aset tersebut.
- Arus kas kontraktual tersebut hanya berupa pembayaran pokok dan bunga.
Contohnya adalah investasi pada obligasi pemerintah. Perusahaan berinvestasi pada obligasi ini untuk mendapatkan pembayaran bunga dan juga berharap untuk menjualnya di masa depan dengan harga yang lebih tinggi. Keuntungan atau kerugian dari perubahan nilai wajar aset ini diakui dalam penghasilan komprehensif lain.
3. Nilai Wajar Melalui Laba Rugi (Fair Value Through Profit or Loss - FVPL)
Semua aset keuangan yang tidak memenuhi syarat untuk diukur pada biaya perolehan diamortisasi atau FVOCI harus diukur pada FVPL. Contohnya adalah investasi pada saham. Perusahaan berinvestasi pada saham dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan harga saham. Keuntungan atau kerugian dari perubahan nilai wajar aset ini diakui dalam laba rugi.
Klasifikasi Instrumen Keuangan dalam IFRS 9
Klasifikasi instrumen keuangan menurut IFRS 9 ini penting banget karena menentukan bagaimana instrumen tersebut akan diukur dan dicatat dalam laporan keuangan. Ada tiga kategori utama:
1. Aset Keuangan yang Diukur pada Biaya Perolehan yang Diamortisasi
Kategori ini berlaku untuk aset keuangan yang memenuhi dua kriteria utama:
- Tujuan Model Bisnis: Aset tersebut dikelola dalam model bisnis yang tujuannya adalah untuk memegang aset tersebut guna mengumpulkan arus kas kontraktual.
- Karakteristik Arus Kas Kontraktual: Persyaratan kontraktual dari aset keuangan tersebut memberikan arus kas pada tanggal tertentu yang semata-mata merupakan pembayaran pokok dan bunga atas jumlah pokok yang belum dibayar.
Contoh aset keuangan yang masuk dalam kategori ini adalah pinjaman yang diberikan oleh bank. Bank memegang pinjaman tersebut dengan tujuan untuk mengumpulkan pembayaran pokok dan bunga dari peminjam. Pembayaran ini merupakan arus kas kontraktual yang semata-mata merupakan pembayaran pokok dan bunga.
2. Aset Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Penghasilan Komprehensif Lain (FVOCI)
Kategori ini berlaku untuk aset keuangan yang memenuhi dua kriteria utama:
- Tujuan Model Bisnis: Aset tersebut dikelola dalam model bisnis yang tujuannya tercapai baik dengan mengumpulkan arus kas kontraktual maupun dengan menjual aset keuangan tersebut.
- Karakteristik Arus Kas Kontraktual: Persyaratan kontraktual dari aset keuangan tersebut memberikan arus kas pada tanggal tertentu yang semata-mata merupakan pembayaran pokok dan bunga atas jumlah pokok yang belum dibayar.
Contoh aset keuangan yang masuk dalam kategori ini adalah investasi dalam obligasi korporasi yang diperdagangkan secara aktif. Perusahaan dapat mengumpulkan arus kas kontraktual dari pembayaran bunga obligasi dan juga menjual obligasi tersebut untuk mendapatkan keuntungan.
3. Aset Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laba Rugi (FVPL)
Kategori ini mencakup semua aset keuangan yang tidak memenuhi kriteria untuk diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi atau FVOCI. Aset keuangan dalam kategori ini diukur pada nilai wajar, dan setiap perubahan nilai wajar diakui dalam laba rugi periode berjalan.
Contoh aset keuangan yang masuk dalam kategori ini adalah investasi dalam saham yang diperdagangkan secara aktif. Perusahaan memegang saham tersebut dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan harga saham.
Penurunan Nilai Aset Keuangan Menurut IFRS 9
Penurunan nilai aset keuangan adalah penurunan nilai aset keuangan yang diakibatkan oleh peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut. IFRS 9 memperkenalkan model kerugian kredit ekspektasian (expected credit loss - ECL) yang menggantikan model kerugian yang terjadi (incurred loss) dalam IAS 39. Model ECL mengharuskan perusahaan untuk mengakui kerugian kredit ekspektasian selama umur aset keuangan.
Model Tiga Tahap
IFRS 9 menggunakan model tiga tahap untuk mengukur kerugian kredit ekspektasian:
- Tahap 1: Aset keuangan yang tidak mengalami peningkatan signifikan dalam risiko kredit sejak pengakuan awal. Kerugian kredit ekspektasian diukur sebagai kerugian kredit ekspektasian 12 bulan.
- Tahap 2: Aset keuangan yang mengalami peningkatan signifikan dalam risiko kredit sejak pengakuan awal, tetapi tidak ada bukti objektif penurunan nilai. Kerugian kredit ekspektasian diukur sebagai kerugian kredit ekspektasian selama umur aset.
- Tahap 3: Aset keuangan yang memiliki bukti objektif penurunan nilai. Kerugian kredit ekspektasian diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan dengan tingkat bunga efektif awal.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Nilai
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penurunan nilai aset keuangan meliputi:
- Perubahan kondisi ekonomi
- Perubahan kondisi industri
- Perubahan kemampuan debitur untuk membayar
- Perubahan nilai jaminan
Dampak IFRS 9 bagi Perusahaan
Implementasi IFRS 9 membawa dampak signifikan bagi perusahaan, terutama dalam hal pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan. Beberapa dampak utama meliputi:
1. Peningkatan Volatilitas Laba Rugi
Penggunaan nilai wajar dalam pengukuran aset keuangan dapat menyebabkan peningkatan volatilitas laba rugi. Perubahan nilai wajar aset keuangan akan langsung diakui dalam laba rugi, yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
2. Peningkatan Kompleksitas
IFRS 9 lebih kompleks daripada IAS 39, terutama dalam hal penurunan nilai aset keuangan. Perusahaan perlu mengembangkan model ECL yang sesuai dengan karakteristik aset keuangan mereka.
3. Peningkatan Kebutuhan Data
Implementasi model ECL membutuhkan data historis dan data forward-looking yang lebih banyak. Perusahaan perlu mengumpulkan dan menganalisis data yang relevan untuk mengestimasi kerugian kredit ekspektasian.
4. Perubahan Sistem dan Proses
Implementasi IFRS 9 dapat memerlukan perubahan sistem dan proses akuntansi perusahaan. Perusahaan perlu memastikan bahwa sistem dan proses mereka mampu menghasilkan informasi yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan IFRS 9.
Contoh Implementasi IFRS 9
Biar makin kebayang, kita lihat contoh implementasi IFRS 9 pada sebuah bank, yuk!
Studi Kasus: Bank ABC
Bank ABC adalah bank komersial yang memiliki portofolio pinjaman yang besar. Sebelum mengadopsi IFRS 9, Bank ABC menggunakan model kerugian yang terjadi (incurred loss) dalam IAS 39 untuk mengukur penurunan nilai pinjaman.
Setelah mengadopsi IFRS 9, Bank ABC harus mengimplementasikan model ECL. Bank ABC mengembangkan model ECL yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti:
- Kondisi ekonomi makro
- Kondisi industri
- Riwayat pembayaran debitur
- Nilai jaminan
Dengan menggunakan model ECL, Bank ABC dapat mengestimasi kerugian kredit ekspektasian selama umur pinjaman. Bank ABC mengakui kerugian kredit ekspektasian dalam laporan keuangan mereka, yang menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat bagi para pengguna laporan keuangan.
Tips Implementasi IFRS 9 yang Sukses
Buat kalian yang lagi mikirin gimana caranya implementasi IFRS 9 dengan sukses, nih ada beberapa tips yang bisa kalian pertimbangkan:
- Pahami Standar dengan Baik: Pastikan tim akuntansi kalian benar-benar paham dengan semua detail dan persyaratan dalam IFRS 9.
- Libatkan Semua Pihak Terkait: Implementasi IFRS 9 bukan cuma urusan tim akuntansi, tapi juga melibatkan tim manajemen risiko, IT, dan unit bisnis lainnya.
- Pilih Model yang Sesuai: Pilih model ECL yang paling sesuai dengan karakteristik aset keuangan perusahaan kalian.
- Siapkan Data yang Cukup: Kumpulkan dan analisis data historis dan data forward-looking yang relevan untuk mengestimasi kerugian kredit ekspektasian.
- Lakukan Uji Coba: Sebelum implementasi penuh, lakukan uji coba untuk memastikan bahwa sistem dan proses kalian berjalan dengan baik.
- Lakukan Monitoring Secara Berkala: Setelah implementasi, lakukan monitoring secara berkala untuk memastikan bahwa model ECL kalian tetap relevan dan akurat.
Kesimpulan
IFRS 9 adalah standar akuntansi yang penting untuk dipahami oleh semua perusahaan yang memiliki instrumen keuangan. Standar ini bertujuan untuk meningkatkan relevansi, akurasi, dan konsistensi informasi keuangan. Implementasi IFRS 9 dapat membawa dampak signifikan bagi perusahaan, tetapi dengan persiapan yang matang dan implementasi yang tepat, perusahaan dapat memperoleh manfaat dari standar ini.
Jadi, gimana guys? Udah makin paham kan tentang IFRS 9? Semoga artikel ini bermanfaat buat kalian semua, ya! Jangan ragu buat kasih komentar atau pertanyaan di bawah, kalau ada hal yang masih bikin bingung. Sampai jumpa di artikel berikutnya!